Tatang S
Komik adalah suatu bentuk seni dengan menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri. Dalam sejarah perkembangan komik di Indonesia, ada satu nama komikus yang cenderung terlupakan. Padahal, ia merupakan seorang komikus yang produktif dan fenomenal pada zamannya. Komikus tersebut adalah Tatang S.
Tatang Suhenra.
Siapakah Tatang S? Tatang S bernama lengkap Tatang Suhenra. Pada tahun 1970-an, kabarnya, ia pernah menjadi komikus yang bayarannya paling tinggi di Bandung. Ketika itu, ia dikenal sebagai komikus cerita-cerita silat. Karena ambisinya dalam mencipta komik sangat besar, tidak jarang ia sering ‘berbenturan’ dengan rekan-rekannya sesama komikus. Kasus yang menonjol adalah ketika ia terlibat ‘perang komik’ dengan Ganes TH. Ganes merupakan seorang komikus yang kesohor dengan karyanya, ‘Si Buta Dari Goa Hantu’. Pada suatu ketika, Ganes pindah dari sebuah penerbitan. Penerbit tersebut tak terima dan sakit hati dengan kepindahan Ganes. Tak lama kemudian Tatang direkrut oleh penerbit itu untuk menyaingi komik sohor karya Ganes. Tatang lalu membuat komik ‘Si Gagu dari Goa Hantu’ untuk menyaingi ‘Si Buta dari Gua Hantu’-nya Ganes. Lalu apa yang terjadi? Ternyata komik karya Tatang ini cuma beredar sebanyak tiga edisi sampai akhirnya dibredel. ‘Si Gagu dari Goa Hantu’-nya Tatang membuat dunia perkomikan Indonesia gempar.
Si Gagu dari Goa Hantu
Secara tidak langsung, Tatang telah menjadi korban pemainan penerbit, sehingga karir Tatang sebagai seorang komikus silat hancur. Dari sini Tatang lalu hijrah ke Jakarta. Di Jakarta ia tetap berkarya dalam komik. Tapi, karirnya tak semulus seperti saat ia di Bandung dahulu. Ternyata ‘perseteruannya’ dengan Ganes masih saja berbuntut. Saat itu, penggemar Ganes TH sangat banyak. Penerbit takut para penggemar Ganes TH akan ‘menyerang’ komik Tatang. Akibatnya, banyak penerbit yang takut menerbitkan komik Tatang. Nasib manusia selalu berubah, layaknya putaran roda pedati. Begitupula nasib Tatang S. Kisah nasib Tatang yang berubah diawali saat komik-komik luar negeri, terutama dari Jepang, membanjiri pasar Indonesia. Ini terjadi pada era 1980-an. Ketika itu, penerbit lebih memilih menerbitkan komik terjemahan untuk mengikuti tren pasar. Imbasnya, banyak komikus yang memilih ‘meloncat’ ke jalur ini. Tak dapat dipungkiri, tren tersebut memang menjanjikan materi berlebih. Namun, berbeda dengan Tatang. Ia tidak mengikuti tren yang tengah mewabah ini dan tetap konsisten di jalurnya, yaitu membuat komik. Komik Tatang waktu itu diterbitkan oleh sebuah penerbit kecil yang letaknya di daerah Pasar Senen, Jakarta Pusat. Penerbit tersebut bernama Gultom Agency. Trik Gultom Agency untuk membidik pasar cukup cerdas. Penerbit ini mengincar lapisan menengah-bawah, dengan oplah 10.000 eksemplar. Karir Tatang kembali bersinar setelah ia membuat komik dengan tokoh Punakawan (Gareng, Petruk, Semar, Bagong).
Komik Gareng, Petruk, Semar, Bagong karya Tatang S.
Meskipun diakui, sebelumnya telah ada beberapa nama komikus yang membuat komik tokoh punakawan, seperti Hidayat Sujana, HAB, Rowing, Rachman, serta Indri S, tetapi nama Tatang S yang paling bersinar. Salah satu alasannya, karena komiknya ini sanggup bertahan melintasi berbagai generasi. Keunikan karakter dan kesederhanaan cerita yang dibawakan juga menjadi nilai plus Tatang dalam komiknya. Sederhana, itulah yang ada di benak saya saat pertama kali berkenalan dengan komik-komik Gareng-Petruk karya Tatang S. Ia membuat gambar-gambar komiknya hitam-putih, dengan kertas tipis, tapi dibuat tetap berkesan. Di dalam komik-komik Gareng-Petruknya, Tatang selalu menceritakannya dengan bersahaja, tentang kehidupan orang-orang di desa antah-berantah, Desa Tumaritis. Komik Tatang ini unik dan memiliki ciri khas. Ia tidak membicarakan tema-tema cerita yang jauh, namun membicarakan keseharian kita, seperti soal pekerjaan, pengangguran, romantika orang pinggiran, hingga horor. Dalam komiknya, kita pasti menjumpai kekonyolan, keluguan, sampai ironi kehidupan. Menurut saya, Tatang tidak main-main menciptakan karakter Punakawan di setiap komiknya. Gareng dan Petruk merupakan lukisan orang pinggir kota yang memiliki cita-cita, impian, dan kesialan. Tokoh Semar dalam komiknya digambarkan sebagai seorang yang arif bijaksana, punya kharisma, dan disegani. Sedangkan Bagong, karakternya hamper mirip dengan Gareng dan Petruk. Gareng dan Petruk selalu dilukiskan sebagai anak muda pengangguran yang kerap menjumpai kesialan. Tatang sungguh cerdas mengambil tema cerita yang dekat dengan pembaca. Kerap kita menjumpai kisah horor (mistik) dalam komiknya. Sosok hantu di komik Tatang selalu mengambil persepsi orang awam. Semisal, ia menggambarkan wewe gombel dengan wujud perempuan berbadan besar, mempunyai lidah menjulur panjang, mata melotot, bertaring, dan payudara besar menggelantung ditutupi rambut yang menjuntai hingga kaki. Hantu-hantu ini seringkali muncul ketika Gareng dan Petruk tengah ronda malam di kampong Tumaritis, saat malam Jumat Kliwon. Tatang pintar merubah suasana horor menjadi hal yang menggelitik. Contohnya, ketika Gareng dan Petruk dikejar oleh hantu, akhirnya mereka jatuh ke sungai. Tatang punya segudang ide mengemas kemasan cerita komiknya. Tema pahlawan super dipilih Tatang untuk membuat pembaca tidak jenuh. Kita seringkali menjumpai Ksatria Baja Hitam, Megaloman, Superman, Batman, ataupun Spiderman dalam komiknya. Nama-nama pahlawan super itu sering diakhiri dengan kata Tumaritis, seperti Megaloman Tumaritis. Tokoh yang dipilih Tatang untuk ‘berperan’ menjadi pahlawan super siapa lagi kalau bukan Gareng dan Petruk. Pahlawan-pahlawan super ini kerap membantu orang-orang yang sedang kesusahan di kampung Tumaritis. Tentu saja Tatang tidak membuat mereka seperti aslinya. Dengan sentuhan idenya, Tatang meramunya menjadi pahlwan-pahlawan super yang konyol. Teknik gambar dengan goresan hitam-putih sederhana, cerita dan banyolan norak khas jamannya, justru membuat para pembaca menjadi ketagihan setiap menikmati komik-komik karyanya. Selain itu, layaknya seniman yang bertanggung jawab dengan karyanya, Tatang selalu muncul dengan petuah bijak yang diutarakan lewat tokoh-tokohnya. Petuah Tatang sangat positif untuk siapapun, dari anak-anak hingga orang dewasa. Ciri lainnya, Tatang rajin mengirim salam untuk seseorang melalui komik-komiknya. Selain itu ia juga memiliki ungkapan yang kerap hadir dalam komiknya, yaitu “Salam manis tak akan habis, salam sayang tak akan hilang buat semua pencinta karya saya”.
Pada tahun 1990-an, Tatang muncul dengan tema lain. Tema yang dikisahkan Tatang kala itu adalah tentang kehidupan surga dan neraka. Dengan idenya yang bebas,, ia menggambarkan sosok-sosok manusia pembangkang yang kemudian dihukum Tuhan di neraka, serta manusia-manusia patuh yang mendapat kehidupan bahagia di surga. Hukuman-hukuman neraka yang digambar Tatang dalam komiknya begitu detail, seperti ketika ada orang disetrika badannya karena waktu di dunia ia sering pergi ke tempat maksiat. Pada 27 April 2003, Tatang S meninggal dunia. Menurut sejumlah rumor yang beredar, ia meninggal karena penyakit kencing manis. Penyakit ini diderita lantaran Tatang, yang sering kerja pada malam hari, ketagihan meminum minuman bersoda. Meski kehidupannya diliputi misteri, Tatang telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk komik Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan produktifnya ia mencipta komik. Selain itu, bisa saya katakana bahwa Tatang merupakan seorang pemerhati sosial yang cerdas dan peka. Ini terlihat pada komik-komiknya yang selalu menggambarkan kehidupan dan watak masyarakat menengah-bawah dengan mendetail, serta ketimpangan sosial yang terjadi.
Pada tahun 1990-an, Tatang muncul dengan tema lain. Tema yang dikisahkan Tatang kala itu adalah tentang kehidupan surga dan neraka. Dengan idenya yang bebas,, ia menggambarkan sosok-sosok manusia pembangkang yang kemudian dihukum Tuhan di neraka, serta manusia-manusia patuh yang mendapat kehidupan bahagia di surga. Hukuman-hukuman neraka yang digambar Tatang dalam komiknya begitu detail, seperti ketika ada orang disetrika badannya karena waktu di dunia ia sering pergi ke tempat maksiat. Pada 27 April 2003, Tatang S meninggal dunia. Menurut sejumlah rumor yang beredar, ia meninggal karena penyakit kencing manis. Penyakit ini diderita lantaran Tatang, yang sering kerja pada malam hari, ketagihan meminum minuman bersoda. Meski kehidupannya diliputi misteri, Tatang telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk komik Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan produktifnya ia mencipta komik. Selain itu, bisa saya katakana bahwa Tatang merupakan seorang pemerhati sosial yang cerdas dan peka. Ini terlihat pada komik-komiknya yang selalu menggambarkan kehidupan dan watak masyarakat menengah-bawah dengan mendetail, serta ketimpangan sosial yang terjadi.
Ciri Khas Tokoh Gareng-Petruk
Dengan tema cerita yang beragam dan sederhana, mulai dari soal pekerjaan, pacar, korupsi, uang, sampai horor, komik Petruk-Gareng karya Tatang memang unik. Petruk dan Gareng sendiri menggambarkan ciri orang pinggiran kota, punya impian, harapan, sekaligus kesialan rakyat kecil yang tergilas oleh pembangunan yang kejam. Petruk-Gareng sering diceritakan sebagai pengangguran, kerja serabutan, suka utang, dan rajin memancing ikan untuk mengisi waktu luang. Meski selalu `tong-pes`, mereka adalah anak muda yang menantikan malam minggu untuk `ngapel` pacar-pacar mereka; fashionable, perayu ulung, dan cinta tanah air. Karena rajin meronda setiap malamnya walau sering diganggu makhluk halus—bagian ini kemudian kerap menjadi ide utama cerita tersendiri komik Petruk-Gareng.
Dari Pocong Sampai Tuyul
Tatang S. punya jurus hebat untuk meraih hati pembaca komik garapannya. Salah satunya adalah dengan mengambil cerita-cerita yang dekat dengan kehidupan pembacanya. Itu dibuktikan dengan hadirnya tema-tema horor yang menampilkan makhluk halus dalam lakon Petruk dan Gareng.
Tinggal di Kampung Tumaritis, Petruk dan Gareng adalah sosok yang riang, ramah, `sotoy`, pemberani sekaligus penakut, dan percaya hal-hal mistik. Lihat bagaimana kocaknya ketika keduanya bertemu wewe gombel, pocong, atau genderuwo sepulang mengantarkan cewek yang baru dikenalnya. Atau, cewek yang digodanya ternyata berubah menjadi makhluk menyeramkan dan bikin `sport jantung`.
Uniknya, penggambaran makluk halus ala Tatang ini sungguh sederhana, sesuai dengan pendapat umum. Ambil contoh wewe gombel, di komik-komik Petruk-Gareng kerap digambarkan sebagai makluk besar, lidah menjulur, mata melotot, bertaring, dan payudara besar menggelantung ditutupi rambut yang menjuntai hingga kaki. Begitu sederhana, tapi cukup bikin deg-deg-an pada saat saya membacanya saat kecil. Lain dari itu, para makhluk halus tersebut kerap digambarkan hadir pada malam hari, utamanya Jumat Kliwon.
Meski mengangkat tema cerita horor dengan ilustrasi makhluk yang menyeramkan, komik-komik Petruk-Gareng ini laris manis di pasar. Bacaan ringan yang menghibur, utamanya dengan kekocakan laku Petruk dan Gareng sebagai tokoh utama dan Semar sebagai sang bijak. Di situlah kekuatan komik Petruk-Gareng edisi horor garapan Tatang; Tatang mampu menggubah nuansa horor menjadi lucu, tapi tetap berkesan.
Teknik Gambar, Cerita dan Kesederhanaan Tatang
Teknik gambar dengan goresan dan siluet hitam-putih nan sederhana, ditingkah cerita dan banyolan norak khas jamannya, justru menjadi ketagihan tersendiri setiap menikmati komik Petruk-Gareng. Selain itu, layaknya seniman yang bertanggung jawab dengan karyanya, Tatang selalu muncul dengan petuah bijak yang diutarakan lewat tokoh-tokohnya. Petuah Tatang sangat positif untuk siapapun, dari anak-anak hingga orang dewasa. Karena dikemas dalam cerita sederhana dan keseharian (cerita yang dekat dengan pembaca), petuah itu tidak terkesan menggurui.
Ciri khas lainnya, Tatang rajin mengirim salam untuk seseorang melalui komik-komiknya. Hmm, untuk kebiasaan yang satu ini, nyatanya cukup populer di era kejayaan komik kita (kirim-kirim salam). Selain salam-salam itu, Tatang juga punya ungkapan khas yang menjadi trade mark-nya dan selalu muncul di komik Petruk-Gareng-nya, yaitu "Salam manis tak akan habis, salam sayang tak akan hilang buat semua pencinta karya saya". Sungguh seniman besar yang humble!
Superhero di Mata Tatang
Di samping cerita keseharian dan horor, tema superhero juga kerap menjadi ide cerita Tatang yang dituangkan dalam komik Petruk-Gareng. Superhero adalah orang yang memiliki kemampuan super dan berjiwa heroik. Hal ini cocok untuk Gareng dan Petruk yang lugu dan polos. Uniknya, dengan sentuhan Tatang, superhero-superhero itu menjadi konyol meski juga kerap menolong orang-orang yang kesusahan. Contohnya bisa Anda lihat saat Petruk menjadi Batman Tumaritis.
Tidak hanya menjelma Batman, Petruk dan Gareng bisa mewujud apa saja, mulai dari Goshogun, Street Hawk, Megaloman, Ksatria Baja Hitam, dan lain-lain. Namun, tentu saja sudah dilokalkan oleh si empunya komik. Kasusnya pada Street Hawk. Versi aslinya bercerita tentang polisi bernama Jessie Mach yang menjalani tes rahasia proyek pemerintah bernama Street Hawk. Norman Tuttle adalah rekannya yang mendisain sepeda motor di proyek ini. Jessie yang menjalankan motor melintasi jalanan Los Angeles, sementara Norman di komputer memberi komando. Berdua mereka memerangi kejahatan di Los Angeles. Sementara dalam versi Tatang, Gareng yang mengendarai motor, sementara Semar memberi komando dari komputer. Berdua mereka memerangi kejahatan di Pamanukan, Subang. Selain memerangi kejahatan, Street Hawk juga mengantar pak guru Petruk agar tidak terlambat ke sekolah.
Figur Orang-orang di Hukum Tuhan
Tidak hanya komik Petruk-Gareng yang menjadi perhatian saat mengulas nama Tatang S., komik surga-neraka garapan seniman inipun menarik untuk dibicarakan. Tatang adalah satu dari sekian banyak komikus yang mengangkat tema religi, utamanya surga-neraka. Komik-komik bertema surealis ini marak di era 90-an awal. Digambarkan, surga berisi orang-orang yang penuh kedamaian, sementara neraka dipenuhi orang-orang tersiksa dengan berbagai hukuman yang mengerikan.
Dengan imajinasi tentang neraka dan surga, Tatang melalui komik-komiknya kerap menghadirkan cerita stereotipe mengenai orang-orang yang dihukum oleh Tuhan akibat perbuatannya semasa hidup di dunia, misalnya: ingkar terhadap Tuhan, durhaka, korupsi, munafik, dan tabiat buruk lainnya. Penggambaran ini dapat disimpulkan sebagi wujud keprihatinannya terhadap situasi negeri ini.
Dengan tema cerita yang beragam dan sederhana, mulai dari soal pekerjaan, pacar, korupsi, uang, sampai horor, komik Petruk-Gareng karya Tatang memang unik. Petruk dan Gareng sendiri menggambarkan ciri orang pinggiran kota, punya impian, harapan, sekaligus kesialan rakyat kecil yang tergilas oleh pembangunan yang kejam. Petruk-Gareng sering diceritakan sebagai pengangguran, kerja serabutan, suka utang, dan rajin memancing ikan untuk mengisi waktu luang. Meski selalu `tong-pes`, mereka adalah anak muda yang menantikan malam minggu untuk `ngapel` pacar-pacar mereka; fashionable, perayu ulung, dan cinta tanah air. Karena rajin meronda setiap malamnya walau sering diganggu makhluk halus—bagian ini kemudian kerap menjadi ide utama cerita tersendiri komik Petruk-Gareng.
Dari Pocong Sampai Tuyul
Tatang S. punya jurus hebat untuk meraih hati pembaca komik garapannya. Salah satunya adalah dengan mengambil cerita-cerita yang dekat dengan kehidupan pembacanya. Itu dibuktikan dengan hadirnya tema-tema horor yang menampilkan makhluk halus dalam lakon Petruk dan Gareng.
Tinggal di Kampung Tumaritis, Petruk dan Gareng adalah sosok yang riang, ramah, `sotoy`, pemberani sekaligus penakut, dan percaya hal-hal mistik. Lihat bagaimana kocaknya ketika keduanya bertemu wewe gombel, pocong, atau genderuwo sepulang mengantarkan cewek yang baru dikenalnya. Atau, cewek yang digodanya ternyata berubah menjadi makhluk menyeramkan dan bikin `sport jantung`.
Uniknya, penggambaran makluk halus ala Tatang ini sungguh sederhana, sesuai dengan pendapat umum. Ambil contoh wewe gombel, di komik-komik Petruk-Gareng kerap digambarkan sebagai makluk besar, lidah menjulur, mata melotot, bertaring, dan payudara besar menggelantung ditutupi rambut yang menjuntai hingga kaki. Begitu sederhana, tapi cukup bikin deg-deg-an pada saat saya membacanya saat kecil. Lain dari itu, para makhluk halus tersebut kerap digambarkan hadir pada malam hari, utamanya Jumat Kliwon.
Meski mengangkat tema cerita horor dengan ilustrasi makhluk yang menyeramkan, komik-komik Petruk-Gareng ini laris manis di pasar. Bacaan ringan yang menghibur, utamanya dengan kekocakan laku Petruk dan Gareng sebagai tokoh utama dan Semar sebagai sang bijak. Di situlah kekuatan komik Petruk-Gareng edisi horor garapan Tatang; Tatang mampu menggubah nuansa horor menjadi lucu, tapi tetap berkesan.
Teknik Gambar, Cerita dan Kesederhanaan Tatang
Teknik gambar dengan goresan dan siluet hitam-putih nan sederhana, ditingkah cerita dan banyolan norak khas jamannya, justru menjadi ketagihan tersendiri setiap menikmati komik Petruk-Gareng. Selain itu, layaknya seniman yang bertanggung jawab dengan karyanya, Tatang selalu muncul dengan petuah bijak yang diutarakan lewat tokoh-tokohnya. Petuah Tatang sangat positif untuk siapapun, dari anak-anak hingga orang dewasa. Karena dikemas dalam cerita sederhana dan keseharian (cerita yang dekat dengan pembaca), petuah itu tidak terkesan menggurui.
Ciri khas lainnya, Tatang rajin mengirim salam untuk seseorang melalui komik-komiknya. Hmm, untuk kebiasaan yang satu ini, nyatanya cukup populer di era kejayaan komik kita (kirim-kirim salam). Selain salam-salam itu, Tatang juga punya ungkapan khas yang menjadi trade mark-nya dan selalu muncul di komik Petruk-Gareng-nya, yaitu "Salam manis tak akan habis, salam sayang tak akan hilang buat semua pencinta karya saya". Sungguh seniman besar yang humble!
Superhero di Mata Tatang
Di samping cerita keseharian dan horor, tema superhero juga kerap menjadi ide cerita Tatang yang dituangkan dalam komik Petruk-Gareng. Superhero adalah orang yang memiliki kemampuan super dan berjiwa heroik. Hal ini cocok untuk Gareng dan Petruk yang lugu dan polos. Uniknya, dengan sentuhan Tatang, superhero-superhero itu menjadi konyol meski juga kerap menolong orang-orang yang kesusahan. Contohnya bisa Anda lihat saat Petruk menjadi Batman Tumaritis.
Tidak hanya menjelma Batman, Petruk dan Gareng bisa mewujud apa saja, mulai dari Goshogun, Street Hawk, Megaloman, Ksatria Baja Hitam, dan lain-lain. Namun, tentu saja sudah dilokalkan oleh si empunya komik. Kasusnya pada Street Hawk. Versi aslinya bercerita tentang polisi bernama Jessie Mach yang menjalani tes rahasia proyek pemerintah bernama Street Hawk. Norman Tuttle adalah rekannya yang mendisain sepeda motor di proyek ini. Jessie yang menjalankan motor melintasi jalanan Los Angeles, sementara Norman di komputer memberi komando. Berdua mereka memerangi kejahatan di Los Angeles. Sementara dalam versi Tatang, Gareng yang mengendarai motor, sementara Semar memberi komando dari komputer. Berdua mereka memerangi kejahatan di Pamanukan, Subang. Selain memerangi kejahatan, Street Hawk juga mengantar pak guru Petruk agar tidak terlambat ke sekolah.
Figur Orang-orang di Hukum Tuhan
Tidak hanya komik Petruk-Gareng yang menjadi perhatian saat mengulas nama Tatang S., komik surga-neraka garapan seniman inipun menarik untuk dibicarakan. Tatang adalah satu dari sekian banyak komikus yang mengangkat tema religi, utamanya surga-neraka. Komik-komik bertema surealis ini marak di era 90-an awal. Digambarkan, surga berisi orang-orang yang penuh kedamaian, sementara neraka dipenuhi orang-orang tersiksa dengan berbagai hukuman yang mengerikan.
Dengan imajinasi tentang neraka dan surga, Tatang melalui komik-komiknya kerap menghadirkan cerita stereotipe mengenai orang-orang yang dihukum oleh Tuhan akibat perbuatannya semasa hidup di dunia, misalnya: ingkar terhadap Tuhan, durhaka, korupsi, munafik, dan tabiat buruk lainnya. Penggambaran ini dapat disimpulkan sebagi wujud keprihatinannya terhadap situasi negeri ini.
Dari berbagai Sumber ***
KOMIK-KOMIK TATANG S.
0 komentar:
Posting Komentar